Meskipun saat ini kebanyakan orang telah sadar akan bahaya yang dimunculkan peretas (hacker) terhadap laptop dan komputer, kita juga perlu menyadari bahwa smartphone juga rentan terhadap serangan siber. Peretas mengincar benda yang sedang banyak digunakan dan saat ini, benda tersebut adalah perangkat seluler. Itulah mengapa menjaga keamanan smartphone menjadi lebih penting, dan Samsung pun terus berinovasi untuk melindungi konsumen dan data konsumen dari ancaman yang muncul.
Miliaran smartphone di seluruh dunia saat ini dipenuhi dengan data pribadi dan data bisnis yang sensitif, memberikan peluang tak terbatas bagi para peretas untuk mencuri dan menjual informasi pribadi tersebut. Faktanya, perusahaan keamanan siber, IronNet, melaporkan bahwa serangan siber telah meningkat sebanyak 168% antara Mei 2020 dan Mei 2021, dan serangan terhadap smartphone menjadi salah satu ancaman keamanan siber terbesar di kawasan Asia Pasifik.
Samsung berkomitmen untuk menjaga pengguna agar tetap aman dan terlindungi, dengan Samsung Knox memberikan perlindungan menyeluruh di seluruh siklus hidup perangkat Anda. Berikut lima skenario potensi serangan siber yang dapat terjadi ketika keamanan perangkat Anda terganggu – dan bagaimana Samsung Knox melindungi Anda dari ancaman ini, sejalan dengan etos kami dalam menempatkan keamanan konsumen sebagai prioritas.
Skenario 1 Serangan Siber: Akses backdoor tanpa persetujuan
Di luar Samsung, pengembang secara rutin membuat backdoor atau ‘pintu rahasia’ untuk aplikasi dan bahkan sistem operasi (OS) seluler sehingga mereka dapat memperoleh akses yang mudah saat perlu melakukan troubleshooting. Namun, peretas dapat menemukan backdoor ini, yang biasanya melompati satu atau semua pengaman siber pada perangkat yang dimaksud.
Untuk mencegah akses backdoor tanpa persetujuan, jangan mengunduh aplikasi tidak resmi atau tidak sah. Mengunduh perangkat lunak selain yang dipasang pabrikan sejak awal untuk mendapatkan akses penuh ke sistem operasi perangkat juga dapat mengundang malware atau spyware yang mengarah ke akses backdoor tanpa persetujuan.
Di Samsung, kami merancang, membuat, dan memvalidasi setiap chip komputer, setiap kabel, dan setiap komponen perangkat keras sebelum menggunakannya untuk memproduksi perangkat pintar kami di pabrik yang sangat aman di seluruh dunia. Pendekatan ini memberi kami kendali atas desain, manufaktur, dan perakitan, memastikan rantai pasokan aman yang mencegah akses backdoor tanpa persetujuan di perangkat kami – menghasilkan produk yang dapat dipercaya sepenuhnya oleh konsumen.
Skenario 2 Serangan Cyber: Password yang bocor, lemah, atau dipakai ulang
Seiring perkembangan jaman, kita terus membuat akun baru untuk berbagai layanan digital, mulai dari layanan konsultasi dokter online,platform transportasi online hingga e-commerce baru. Tanpa disadari hal ini menyediakan lebih banyak jalan untuk dieksploitasi oleh peretas.
Seperti yang ditemukan oleh IBM[1] di survei Agustus 2021, 86% konsumen di Asia Pasifik mengakui bahwa mereka menggunakan kembali password yang sama di beberapa akun online. Hal ini merupakan sebuah kebiasaan privasi data yang buruk – dimana satu serangan saja dapat membuat seluruh jejak internet pengguna rentan disalahgunakan peretas.
Perangkat Samsung[2] dilengkapi dengan teknologi otentikasi biometrik yang inovatif, seperti Ultrasonic Fingerprint, sehingga akses ke data Anda dapat dilindungi meskipun perangkat Anda hilang atau dicuri. Dikenal sebagai Samsung Pass[3], alat otentikasi biometrik ini juga memungkinkan pengguna dengan mudah mengakses kredensial masuk tanpa perlu mengingat nama pengguna dan kata sandi yang tak terhitung jumlahnya[4]! Untuk meningkatkan perlindungan data, Samsung juga telah melengkapi perangkat dengan Knox Vault, prosesor aman yang beroperasi secara independen dari CPU utama. Knox Vault mengisolasi data biometrik Anda dengan aman dari bagian lain ponsel Anda, sehingga tidak ada yang bisa mendapatkan data Anda.
Skenario 3 Serangan Siber: Wi-Fi gratis yang ternyata tidak sepenuhnya gratis
Hotspot Wi-Fi gratis adalah anugerah bagi semua orang yang membutuhkan akses Internet di perangkat seluler mereka untuk bekerja atau bermain. Namun, layanan Wi-Fi publik memberikan peluang bagi peretas untuk mencuri data, karena data yang Anda kirim melalui web – seperti informasi kartu kredit saat melakukan pembelian online – mungkin jatuh ke tangan peretas melalui jaringan Wi-Fi publik.