Indonesia menunjukkan tren positif dalam hal ancaman serangan siber. Kapersky dalam laporan terbarunya mengungkapkan bahwa jumlah ancaman lokal sepanjang tahun 2019 turun sebanyak 7,5% dibanding tahun sebelumnya. Hal ini berimbas pada posisi Indonesia yang turun ke peringkat 63 dari sebelumnya peringkat 55 dalam hal ancaman serangan dunia maya ini.
Kaspersky juga mengungkapkan bahwa jumlah ancaman web di Indonesia yang terdeteksi telah mengalami penurunan 2,7% dibandingkan pada periode yang sama tahun 2018.
Sepanjang 2019, Kapersky mendeteksi 39.882.148 ancaman internet pada KSN (Kapersky Security Network). KSN sendiri merupakan infrastruktur yang dirancang untuk menerima dan memproses data ancaman siber global yang rumit. Dibanding tahun 2108, angka ini turun sebnayak 38,8%. Kapersky sendiri mencatat bahwa 36,1% pengguna internet hampir terkena ancaman melalui web selama tahun 2019.
Jenis Ancaman Serangan Siber
Ancaman web dilaporkan juga memengaruhi 10,11% pengguna bisnis dan 28,06% pengguna rumahan (home users) di Indonesia.
Model ancaman serangan siber yang sering terjadi di kawasan Asia Tenggara berupa malware yang aktif di web saat pengguna internet melakukan pencarian, unduhan program-program tertentu di internet secara tak sengaja, unduhan lampiran berbahaya dari layanan email online, aktivitas ekstensi browser, dan unduhan komponen berbahaya serta komunikasi C&C (Command and Control) yang dilakukan oleh malware lain.
Ancaman Lokal Berbasis Komputer
Infeksi lokal paling banyak disebabkan oleh Worms dan virus. Laporan KSN 2019 menunjukkan bahwa pada Januari-Desember 2019, produk Kaspersky mendeteksi 118.403.896 insiden lokal di komputer partisipan KSN di Indonesia. Data ini menunjukkan seberapa sering pengguna diserang oleh malware yang menyebar melalui drive USB yang dapat dilepas, CD, DVD, dan metode offline lainnya.
Secara umum, 56,3% pengguna diserang oleh ancaman lokal pada Januari-Desember 2019, ini merupakan penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai lebih dari 63%. Laporan terbaru juga menunjukkan sebanyak 58,95% pengguna rumahan dan 28,76% pengguna bisnis dipengaruhi oleh jenis ancaman ini. Data ini sekaligus menempatkan Indonesia di peringkat ke-63 di seluruh dunia.
Persentase dan peringkat ancaman lokal yang terdeteksi oleh Kaspersky pada tahun 2018 & 2019 di wilayah Asia Tenggara
“Pengurangan ancaman online yang terdeteksi di Indonesia dapat dikreditkan kepada upaya proaktif pemerintah dalam merumuskan kebijakan terkait keamanan siber. Perubahan positif pada lansekap ancaman negara ini patut diapresiasi, namun strategi dan inisiatif untuk membangun pertahanan yang lebih baik di masa depan harus terus digemakan. Saya berharap bahwa Indonesia dan seluruh negara berkembang lainnya di kawasan Asia Tenggara dapat terus menjaga stabilitas dan perubahan positif seperti ini, bergerak maju, terutama dengan munculnya teknologi generasi baru seperti Industri 4.0 dan 5G. Adalah penting bagi setiap individu untuk memahami bahwa ancaman yang ditimbulkan oleh web dan lokal bukan lagi masalah satu orang. Satu kesalahan oleh seorang karyawan dapat membahayakan seluruh perusahaan. Kebersihan dunia maya dan solusi multi-layer tetap menjadi keharusan.” komentar Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky.
“Saya sangat berterima kasih dan menghargai upaya serta antusiasme masyarakat Indonesia untuk terus memperkuat keamanan online mereka. Penurunan deteksi ancaman dan serangan dalam dua tahun terakhir menunjukkan bahwa negara ini sekarang memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya melindungi dan menerapkan kebersihan dunia maya mereka. Pesan saya adalah bahwa, bersama dengan kemajuan digital, pertumbuhan ekonomi, dan adopsi teknologi di negara ini, meningkatkkan kewaspadaan dengan baik adalah prioritas, sehingga kita tetap dapat berjalan beriringan dengan kecanggihan di masa yang akan datang” tambah Dony Koesmandarin, Territory Channel Manager untuk Indonesia di Kaspersky.