Home News 8 Gerakan Demonstrasi yang Mengubah Wajah Dunia

8 Gerakan Demonstrasi yang Mengubah Wajah Dunia

Lukisan Penyerbuan Bastille

Gelombang demonstrasi sedang melanda berbagai kota besar di Indonesia. Mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat turun ke jalan menolak Omnibus Law RUU Cipta Kerja.

Demo dan protes bukan hal yang asing dan diketahui sudah dilakukan sejak lama. Aksi ketidaksetujuan ini memiliki sejarah panjang di dunia. Kadang berhasil, kadang gagal. Dari reformasi protestan abad ke 16, hingga kasus George Floyd Mei 2020 lalu, berikut Kami rangkum demo-demo yang monumental dan mampu mempengaruhi peradaban hingga saat ini.

1. Gelombang Protes George Floyd (Mei 2020)

Unjuk rasa membela George Floyd dimulai di Minneapolis Amerika Serikat pada 26 Mei 2020 lalu. George Floyd – seorang pria Afrika-Amerika terbunuh setelah mengalami sesak napas ketika mantan perwira Polisi Minneapolis, Derek Chauvin menekan lehernya dengan lutut selama lebih dari 8 menit.

Protes dengan cepat menyebar ke seluruh negeri, dengan ratusan ribu orang di seluruh 50 negara bagian turun ke jalan menentang kematian Floyd, kebrutalan polisi, dan rasisme institusional. Sejak 3 Juni, protes terus berlanjut setiap malam, mengakibatkan 12 kematian, insiden kebrutalan polisi serta penjarahan yang meluas, dan membuat 20.000 pasukan Garda Nasional bersiaga di 24 negara bagian. Gerakan ini juga ikut mempopulerkan tagar @BlackLivesMatter di hampir semua media sosial

2. Reformasi Protestan (Oktober 1517)

Pada tanggal 31 Oktober 1517, pendeta dan juga pemikir Martin Luther membuat 95 tesis yang isinya memprotes berbagai kebijakan gereja saat itu, termasuk praktik jual beli surat pengakuan dosa.

Martin Luther menggantungkan surat protesnya itu di pintu depan Gereja Wittenber Jerman, memperbanyak salinan dan kemudian meneybarkan secara luas di wilayah Wittenberg.

Puncak dari langkah-langkah Martin Luther adalah konflik berdarah berupa Perang Tiga Puluh Tahun di Jerman antara 1618- 1648. Dikutip dari Tirto ID, perang tersebut menewaskan sekitar 7,5 juta jiwa. Konflik tersebut berakhir dengan perjanjian damai Westfalen. Tiga aliran Kristen akhirnya terbentuk: Katolik Roma, Lutheran, dan Calvinis.

3. Penyerbuan Bastille (14 Juli 1789)

Tanggal dimana terjadi peristiwa penyerbuan benteng Bastille oleh masyarakat dari golongan sans-cullotes — golongan ketiga dalam hierarki masyarakat Perancis juga diperingati sebagai Hari Perayaan Nasional Perancis.

Rakyat yang tidak puas dengan berbagai keputusan raja Louis XVI dalam menghadapi krisis ekonomi kemudian melakukan serangkaian protes dengan puncaknya adalah penyerbuan benteng Bastille.

Peristiwa Bastille ini kemudian mengawali apa yang dinamakan sebagai revolusi Perancis. Revolusi Perancis ini nantinya akan mengilhami gerakan-gerakan menentang ketidakadilan penguasa di berbagai penjuru dunia.

4. Gandhi’s Salt March (Pawai Garam Gandhi) Maret – April 1930

Mhatma Gandhi, tokoh spiritual India melakukan protes terhadap sistem perpajakan INggris yang diterapkan di India. Ia melakukan perjalanan selama 23 hari dan sejauh 240 mil ke pantai India untuk mengumpulkan garamnya sendiri, yang berdasarkan undang-undang Inggris adalah ilegal. Lebih dari 60.000 orang, termasuk Gandhi sendiri, dipenjara karena berpartisipasi dalam pawai garam tersebut, tetapi pada akhirnya gerakan ini mengubah gelombang simpati dunia terhadap kepentingan India, bukan Inggris.

5. Hari Protes Nasional Afrika Selatan (26 Juni 1950)

Partai ANC pimpinan Nelson Mandela menginisiasi pemogokan kerja anti-apartheid pada tahun 1950, sebagai pembalasan atas RUU baru yang secara efektif memungkinkan pemerintah untuk menyelidiki partai atau organisasi politik mana pun.

Pada tanggal 26 Juni, ratusan ribu orang Afrika Selatan berpartisipasi dalam gerakan “Stay at Home (tetap di rumah)”, sebagai taktik yang kemudian digunakan beberapa kali dalam dekade berikutnya. 26 Juni juga diperingati sebagai Hari Kebebasan Nasional di Afrika Selatan hingga tahun 1994.

6. March on Washington (Agustus 1963)

Martin Luther King pada tanggal 28 Agustus 1963 menyampaikan pidato bersejarah yang sangat terkenal berjudul “I Have a Dream (Saya mempunyai mimpi)”. Pidato tersebut disampapikan diantara unjuk rasa yang berlangsung bulan Agustus 1963 untuk mempromosikan adanya kesetaraan ras di Amerika Serikat.

Lebih dari 200.000 demonstran berkumpul dengan damai di Lincoln Memorial di D.C., dan acara tersebut dimaksudkan dengan menekan Presiden John F. Kennedy agar menyusun undang-undang hak-hak sipil yang tegas.

7. Peristiwa Lapangan Tiannmen (15 April 1989)

Sekurang-kurangnya 1 juta orang, sebagian besar mahasiswa yang menyerukan reformasi demokrasi, telah menduduki Lapangan Tiananmen Beijing dengan damai selama tujuh minggu. Namun militer China secara tak terduga menggerakkan tank untuk mengusir mereka. Jumlahnya masih simpangs siur, tetapi diperkirakan setidaknya beberapa ratus pengunjuk rasa tewas dan hal ini menuai kritik keras dari komunitas internasional.

8. Protes Tembok Berlin (1989-1990)

Perang dan politik memisahkan kota Berlin menjadi Berlin Timur dan Barat selama 28 tahun dengan garis batas berupa banguna fenomenal Tebok Berlin. Sebuah gerakan protes publik yang berlangsung selama dua bulan di seluruh jerman akhirnya meluluhkan kedua Jerman untuk bersatu kembali. Tekanan untuk merobohkan tembok telah meningkat pada tahun 1989 dan demonstrasi menjadi pukulan terakhir bagi pemerintah Jerman Timur. Rakyat berhasil dan akhirnya gerbang dibuka pada bulan November. Reunifikasi Jerman benar-benar tuntas pada tanggal 3 Oktober 1990.