
Saat ini para ilmuwan dan perusahaan farmasi tengah berlomba untuk mengembangkan vaksin COVID-19. Dalam laporannya, Al Jazeera menjelaskan mengenai perbedaan berbagai jenis vaksin, kapan vaksin tersebut bakal tersedia, dan negara mana saja yang sudah ememsan atau emndapatkannnya.
Apa saja jenis vaksin COVID-19?
Saat dunia bersiap untuk mengembangkan solusi vaksin untuk COVID-19, beberapa perusahaan obat telah mengambil pendekatan yang berbeda dalam memproduksi penangkal pandemi yang telah menyandera dunia sejak bulan Maret ini.
Menurut Johns Hopkins Coronavirus Resource Center, setidaknya 1,3 juta orang telah meninggal akibat COVID-19 dan setidaknya 59 juta orang di berbagai belahan dunia telah terinfeksi.
Dengan kondisi ekonomi global yang dipertaruhkan, jutaan orang bekerja dari rumah, dan (menurut UNICEF) 463 juta anak di seluruh dunia tidak dapat mengakses pembelajaran jarak jauh, kebutuhan akan vaksin menjadi kian mendesak.
- RNA: Kependekan dari ribonucleic acid, RNA adalah salah satu makromolekul penting – yaitu molekul yang lebih besar yang terdiri dari protein, lipid dan karbohidrat – yang penting untuk kehidupan. Vaksin RNA bekerja dengan memasukkan sekuens mRNA (molekul yang memberi tahu sel apa yang harus dibangun) ke dalam sistem yang diberi kode untuk antigen khusus penyakit.
- DNA: Singkatan dari deoxyribonucleic acid atau asam deoksiribonukleat. DNA adalah salah satu makromolekul penting bagi kehidupan. Vaksin DNA melibatkan pengenalan langsung ke jaringan yang sesuai dari plasmid – molekul beruntai ganda yang ada di sel bakteri.
- Vektor virus: Vaksin jenis ini menggunakan virus hidup untuk membawa DNA ke dalam sel manusia. Ini adalah salah satu cara transfer gen yang lebih efektif untuk memodifikasi jenis sel atau jaringan tertentu untuk tujuan terapeutik.
- Sub-unit protein: Vaksin ini menggunakan bagian dari virus, dalam hal ini komponen protein, untuk membuat vaksin. Vaksin ini dapat diberikan kepada hampir semua orang yang membutuhkannya, termasuk orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah dan masalah kesehatan jangka panjang karena tidak membahayakan sistem kekebalan.
- Virus yang dilemahkan: Vaksin jenis ini menggunakan bagian virus yang sudah tidak aktif, tetapi masih bisa menyebabkan penyakit. Vaksin ini biasanya tidak memberikan tingkat kekebalan yang sama dengan vaksin hidup. Suntikan booster di kemudian hari mungkin diperlukan untuk menjaga kekebalan.
- Virus-like particle (VLP – Partikel mirip virus): Vaksin jenis ini mengandung molekul yang menyerupai virus tetapi tidak menular dan, oleh karena itu, tidak berbahaya. VLP telah menjadi cara yang efektif untuk membuat vaksin melawan penyakit seperti human papillomavirus (HPV), hepatitis dan malaria.

Pengujian Vaksin di Seluruh Dunia
Menurut London School of Hygiene and Tropical Medicine, ada 11 jenis vaksin berbeda untuk COVID-19 di seluruh dunia yang diuji pada manusia. Negara kita termasuk salah satunya yang menguji vaksin Sinovac

Daftar Vaksin yang Perkembangannya Paling Cepat di Dunia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada lebih dari 150 vaksin yang sedang dikembangkan untuk COVID-19. Beberapa vaksin semakin dekat untuk dirilis saat mereka melewati fase ketiga uji coba pada manusia.
Menurut kepala ilmuwan WHO, Dr Soumya Swaminathan, uji coba tahap pertama pada manusia biasanya dilakukan pada 30 hingga 50 orang untuk memastikan vaksin tersebut aman dan tidak memiliki efek samping yang tidak terduga.
Tahap kedua melibatkan uji coba yang lebih besar untuk mulai melihat imunogenisitas vaksin, yaitu apakah vaksin tersebut memunculkan respons imun yang diperlukan.
Uji coba fase tiga biasanya melibatkan puluhan ribu orang dan menguji kemanjuran vaksin, seberapa baik vaksin itu melindungi seseorang dari infeksi, serta keamanannya dalam kelompok besar.
Vaksin yang dibuat di Rusia dan China dirilis sebelum tahap ketiga uji coba pada manusia.

Pre-order Vaksin
Menurut kantor berita Reuters, hampir 4,4 miliar dosis dari berbagai merek vaksin telah dipesan sebelumnya di seluruh dunia.
Persaingan internasional yang sengit untuk mendapatkan pesanan vaksin senilai miliaran dolar telah berlangsung selama berbulan-bulan, dan beberapa perusahaan akan mulai mengirimkan jutaan dosis segera pada pertengahan Desember ini.
Vaksin AstraZeneca-Oxford memiliki keunggulan praktis dibandingkan beberapa yang lain karena dapat disimpan pada dua hingga delapan derajat Celcius (35.6-46.6 derajat Fahrenheit) dibanding minus 70 derajat Celcius (-94 derajat Fahrenheit) yang diperlukan untuk vaksin Pfizer misalnya.
AstraZeneca, yang telah berjanji tidak akan mengambil keuntungan dari vaksin selama pandemi, telah mencapai kesepakatan dengan beberapa pemerintah dan organisasi kesehatan internasional dengan mematok biaya sekitar $ 2,50 (sekitar 35 ribu rupiah) per dosis. Sementara vaksin Pfizer akan dijual $ 20 (setara 283 ribu rupiah) per dosis, vaksin Moderna dibanderol $ 15-25(sekitar Rp 212 – 353 ribu). Angka tersebut berdasarkan perjanjian yang dibuat oleh perusahaan tersebut untuk memasok vaksin mereka kepada pemerintah AS.

Ditulis kembali dari sumber asli