Pendiri Telegram Pavel Durov pada 9 Januari kemarin mengecam Facebook, -yang juga pemilik WhatsApp-, meminta mereka untuk untuk menghargai penggunanya.
Platform perpesanan Telegram dan Signal mengalami lonjakan popularitas setelah kebijakan privasi baru WhatsApp memicu kekhawatiran terkait dengan keharusan untuk berbagi data dengan Facebook.
“Saya mendengar Facebook memiliki sebuah departemen yang dikhususkan untuk mencari tahu mengapa Telegram begitu populer. Bayangkan lusinan karyawan yang bekerja full time itu,” kata Durov dalam sebuah posting di saluran Telegramnya.
“Saya dengan senang akan membantu Facebook menghemat puluhan juta dolar dan memberikan rahasia kami secara gratis: hormati pengguna Anda,” Katanya.
Reuters, -mengutip data dari Sensor Tower 8 Januari lalu-, melaporkan bahwa unduhan Telegram melonjak hampir 2,2 juta kali hanya dalam waktu dua hari.
Durov mengatakan bahwa Telegram memiliki sekitar 500 juta pengguna, membuatnya menjadi “masalah besar” untuk WhatsApp.
Menuduh WhatsApp Pakai Bot
Dia juga menuduh WhatsApp melakukan pemasaran rahasia, dengan menyatakan bahwa “editor Wikipedia baru-baru ini mengungkap beberapa bot berbayar yang menambahkan informasi bias ke dalam artikel WhatsApp Wikipedia”.
Durov juga berusaha menjawab beberapa mitos terkait Telegram, setelah menyaksikan informasi yang tidak akurat tentang platform tersebut di media sosial. Dia mengklarifikasi bahwa kode platform miliknya adalah open source dan obrolan pengguna dienkripsi.
“Pada kenyataannya, semua aplikasi klien Telegram telah menjadi open source sejak 2013. Enkripsi dan API kami sepenuhnya didokumentasikan dan telah ditinjau oleh pakar keamanan ribuan kali,” kata pendiri Telegram itu.
Durov yang seorang Rusia mengatakan bahwa Telegram tidak memiliki server atau kantor di Amerika, mengatakan sudah diblokir di sana dari 2018 hingga 2020.
Dia juga mengatakan Telegram “tidak menghabiskan uang” untuk pemasaran, tidak seperti Facebook.