
Dalam beberapa bulan terakhir, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mencapai titik terendah dalam 20 tahun, menyebabkan kekhawatiran di berbagai sektor, termasuk industri smartphone. Pelemahan ini dapat menekan daya beli konsumen dan mendorong kenaikan harga perangkat smartphone. Namun, situasi ini juga membuka peluang bagi vendor smartphone untuk menawarkan produk yang sesuai dengan selera konsumen dan kondisi pasar saat ini.
Menurut data dari Bank Indonesia, hingga 21 Juni 2024, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai sekitar 567% dibandingkan awal tahun 2024. Aryo Meidianto, Analis Pasar Smartphone dan Senior Consultant di SEQARA Communications, menyatakan bahwa pelemahan rupiah dapat berdampak pada kenaikan harga smartphone, terutama pada beberapa komponen yang masih menggunakan skema impor. “Harga smartphone kemungkinan akan naik dalam beberapa bulan ke depan seiring dengan kenaikan biaya komponen impor dan logistik. Namun, strategi produsen diperkirakan tidak akan serta-merta menaikkan harga, tetapi kemungkinan perangkat baru terlihat sedikit lebih tinggi harganya dibandingkan dengan spesifikasi yang ditawarkan,” ujar Aryo.
Di sisi lain, Aryo melihat peluang bagi beberapa vendor smartphone untuk memanfaatkan situasi ini. “Vendor smartphone memiliki kesempatan untuk meningkatkan pangsa pasar dengan menawarkan produk yang lebih kompetitif dalam segi harga dan fitur. Konsumen saat ini lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang untuk membeli perangkat smartphone,” tambahnya.
Survei yang dilakukan oleh Reasense, divisi riset dari SEQARA Communications, terhadap perilaku konsumen di Indonesia menunjukkan bahwa 786% responden khawatir dengan kenaikan harga smartphone saat ini. Ketika ditanyakan mengenai kemungkinan untuk mengganti perangkat smartphone, sebanyak 44% responden berencana membeli perangkat baru, 30% tetap menggunakan perangkat yang dimiliki sekarang, dan 26% tidak memiliki rencana untuk membeli perangkat baru.

Hasil survei Reasense ini bisa menjadi pertimbangan bagi vendor smartphone untuk memperkuat brand image melalui divisi atau agensi kehumasan mereka. Dari hasil survei, 44% responden yang berniat membeli ponsel cerdas baru bisa menjadi pijakan bagi vendor smartphone untuk melakukan engagement dengan konsumen loyal sekaligus menggaet calon konsumen baru. Penguatan brand image perlu dilakukan melalui media sebagai sumber informasi yang meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan masyarakat, tidak terbatas melalui Key Opinion Leader (KOL) saja.
“Kesimpulannya, dalam menyikapi keadaan ini, vendor smartphone perlu lebih kreatif dalam memasarkan produknya. Tidak hanya berhenti pada peluncuran produk yang terkesan jor-joran, namun harus tetap menawarkan promosi dan diskon yang menarik minat konsumen. Selain itu, vendor smartphone harus menyasar segmen pasar yang lebih luas dengan memanfaatkan berbagai saluran komunikasi termasuk media,” tutup Aryo.