Home News Facebook Gusar dengan Film “The Social Dilemma”

Facebook Gusar dengan Film “The Social Dilemma”

Tak biasanya Facebook mengeluarkan pernyataan resmi untuk menanggapi sebuah film. Media sosial milik Mark Zuckenberg tersebut hari Jum’at (2/10) mengeluarkan tanggapan resmi atas klaim yang dibuat dalam film dokumenter Netflix bertajuk ‘The Social Dilemma’.

Film The Social Dilemma mengungkapkan mengenai bagaimana jejaring sosial menggunakan kekuatan algoritma untuk membuat orang kembali lagi dan lagi menggunakannya. Film ini juga membahas bagaimana perusahaan teknologi tersebut mempengaruhi pemilihan umum, kekerasan etnis, tingkat depresi dan bahkan angka bunuh diri. Beberapa pemirsa di CNBC bahkan mengatakan bahwa mereka telah menghapus akun Facebook dan Instagram mereka setelah menontonnya.

Tanggapan Facebook

Sanggahan yang dikeluarkan Facebook menunjukkan bahwa mereka gusar dan khawatir tentang efek film ini pada penggunaan aplikasi media sosial paling populer tersebut. “The Social Dilemma” sendiri tampaknya banyak ditonton, terbukti film tersebut masuk dalam daftar 10 film dan acara TV terpopuler Netflix pada bulan September dan masih tercantum di bagian Trending.

Dalam sebuah posting yang diterbitkan di situsnya, Facebook membahas beberapa masalah berkaitan dengan film tersebut, mencakup topik seperti kecanduan, pengguna yang dianggap telah menjadi “produk”, algoritma, privasi data, polarisasi, pemilihan umum, dan informasi yang salah.

“Alih-alih menawarkan pandangan yang berbeda pada teknologi, (The Social Dillema-red) memberikan pandangan yang menyimpang tentang bagaimana platform media sosial bekerja untuk menciptakan kambing hitam yang nyaman untuk masalah masyarakat yang sulit dan kompleks,” kata Facebook.

Dikatakan film dokumenter itu membuat sensasi jejaring sosial dan memberikan pandangan yang menyimpang tentang cara kerjanya.

Facebook berargumen bahwa algoritmanya menjaga hal-hal yang dilihat pengguna menjadi “relevan dan berguna” dengan cara yang sama seperti yang dilakukan Netflix, aplikasi kencan semacam Tinder, Amazon, dan Uber.

Namun, satu masalah yang diangkat dalam film ini adalah bahwa algoritma Facebook juga mempelajari hal-hal yang lebih spesifik tentang pengguna, seperti partai politik pilihan mereka, dan menampilkan berita yang menurut mereka akan dibaca.

Dan hal diatas tidak dilakukan oleh layanan yang disebut Facebook dalam tanggapannya. Film tersebut menyarankan bahwa jejaring sosial harus menunjukkan campuran opini kepada pemirsa untuk menawarkan lebih banyak keseimbangan.

Facebook juga berargumen bahwa tim produksinya tidak didorong untuk membuat fitur yang dapat meningkatkan jumlah waktu orang saat menggunakan layanannya. Malahan menurut Facebook, mereka membuat perubahan pada tahun 2018 yang meneybabkan waktu berkunjung pengguna berkurang hingga 50 juta jam sehari.

“Kami mengakui bahwa kami telah melakukan kesalahan pada tahun 2016,” kata Facebook dalam postingannya tersebut. Pernyataan ini merujuk pada campur tangan Rusia dalam pemilu 2016 melalui media sosial. Facebook telah melakukan beberapa langkah pengamanan integritas pemilu, seperti melarang iklan baru seminggu sebelum pemilu dan melarang mereka yang berusaha mendelegitimasi pemilu.

“Gagasan bahwa kami mengizinkan informasi yang salah ada di platform kami, atau bahwa kami mendapat manfaat dari konten ini, adalah hal salah,” kata Facebook hari Jumat. Hal ini sekaligus membantah tuduhan “Dilema Sosial” atas penyebaran berita palsu, ujaran kebencian, dan informasi yang salah.

Facebook mengatakan bahwa mereka memiliki lebih dari 70 mitra pemeriksa fakta dan telah menghapus lebih dari 22 juta ujaran kebencian. Namun, hoaks terbukti menjadi masalah yang terus mendera Facebook, dan mereka secara konsisten perlu menemukan cara untuk menghapusnya.

Sumber