
Dalam sebuah roundtable eksklusif yang diadakan di Jakarta (06/12), Akamai Technologies, Inc., pemimpin global dalam layanan keamanan dan pengiriman konten, membahas pergeseran paradigma dalam cloud dan edge computing yang menjanjikan transformasi digital di Asia Pasifik dan khususnya di Indonesia. Presentasi yang dipimpin oleh Jay Jenkins, CTO untuk Cloud Computing di Akamai dan dihadiri media-media teknologi ini memberikan gambaran mendalam tentang kompleksitas dan peluang yang ada dalam industri ini.
Tantangan dan Kesempatan di Era Cloud
Jenkins memulai dengan menyoroti bagaimana peta digital telah berubah secara drastis, dari komputer tradisional ke perangkat canggih seperti smartphone, kendaraan otonom, dan headset VR. Meskipun demikian, arsitektur cloud masih terpusat, yang menimbulkan tantangan dalam hal latensi, biaya, dan kompleksitas.
Menurut data dari Gartner, biaya cloud global diperkirakan akan mencapai $1 triliun pada tahun 2027, dengan inflasi langsung cloud mencapai 13% pada tahun ini saja. Hal ini mencerminkan tidak hanya kebutuhan akan teknologi baru tetapi juga tekanan ekonomi dalam pengelolaan biaya.
Diskusi kemudian bergeser ke dampak besar AI di kawasan APJ, di mana 50% perusahaan berencana untuk membentuk aliansi strategis dengan penyedia cloud untuk mendukung platform AI generatif, alat pengembang, dan infrastruktur. Di Indonesia, peningkatan pengeluaran teknologi sebesar 20% menunjukkan prioritas pada teknologi seperti AI generatif, mendorong adaptasi terhadap arsitektur cloud yang lebih dinamis dan fleksibel.
Akamai melihat masa depan komputasi tidak lagi terbatas pada pusat data besar yang terpusat. Jenkins memperkenalkan konsep aplikasi edge native yang memungkinkan pemrosesan lebih dekat dengan sumber data, mengurangi latensi dan meningkatkan efisiensi. Ini penting untuk aplikasi real-time yang membutuhkan reaksi cepat terhadap perubahan lingkungan, seperti dalam konteksi kota pintar atau gaming.
Project Cirrus: Langkah Akamai Menuju Komputasi Mandiri
Project Cirrus dari Akamai ditujukan untuk mengurangi ketergantungan pada hyperscaler dan memigrasikan aplikasi cloud ke platform komputasi mereka sendiri. Ini tidak hanya memungkinkan penurunan biaya hingga 40% dan latensi yang lebih rendah tetapi juga memberikan fleksibilitas dalam memilih perangkat lunak terbaik untuk setiap workload.
Indonesia, dengan kondisi geografinya yang tersebar luas, mendapatkan perhatian khusus Akamai dalam menyebarkan edge compute ke berbagai kota, memastikan bahwa akses internet dan layanan digital dapat lebih merata. Jenkins menekankan pentingnya membawa komputasi lebih dekat ke pengguna, yang terutama bermanfaat bagi UKM dan industri yang membutuhkan akses cepat ke layanan cloud tanpa biaya tinggi.
Dalam presentasinya, Jay Jenkins menegaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan teknologi masa depan, model komputasi terpusat harus berkembang. Akamai tidak hanya melihat ini sebagai tantangan teknis tetapi juga sebagai peluang untuk mendemokratisasi akses ke komputasi dan memberikan nilai lebih kepada pengguna di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Akamai, dengan pengalamannya selama 25 tahun dalam pengiriman konten dan keamanan, mengambil peran penting dalam membentuk masa depan komputasi dengan fokus pada keamanan, efisiensi, dan penyebaran teknologi yang lebih adil dan terjangkau.
Sementara itu dalam acara yang sama, Ono W. Purbo, pakar telematika Indonesia yang juga pengampu di Institut Teknologi Tangerang Selatan menyoroti tentang tren cloud computing di Indonesia. Menurutnya, Tren Cloud Computing di Indonesia tumbuh pesat dengan proyeksi mencapai USD 4,21 miliar pada 2029, didorong oleh digitalisasi dan peningkatan konektivitas. Tren utama meliputi adopsi hybrid cloud, implementasi di berbagai sektor seperti BFSI dan kesehatan, serta ekspansi public cloud.
Namun, ada tantangan seperti keamanan data, kesenjangan infrastruktur, kurangnya keahlian, manajemen biaya, risiko vendor lock-in, dan resistensi terhadap perubahan. Solusinya termasuk meningkatkan keamanan, pelatihan, optimasi biaya, dan pengembangan budaya yang mendukung teknologi baru.