Semakin banyak perusahaan menarik iklannya dari Facebook untuk bulan Juli nanti. Perusahaan ini memilih bergabung dengan aksi “Stop Hate for Profit” yang dikordinasi oleh Anti-Defamation League, the NAACP, Color of Change dan organisasi hak asasi manusia lainnya. Kampanye yang dimulai minggu lalu meminta para pengiklan untuk menghentikan kebencian.
Seperti yang dilansir oleh Huffington Post, 25/06/2020, daftar perusahaan yang berpartisipasi dalam kampanye ini semakin meningkat. Di Amerika sendiri perusahaan seperti North Face, Patagonia, Arc’teryx, REI, Ben & Jerry’s, Eileen Fisher, Eddie Bauer, Magnolia Pictures, Upwork, HigherRing, Dashlane dan Talkspace. Selain itu Verizon, perusahaan induk dari HuffPost juga bergabung dengan boikot ini.
Bukan hanya pengiklan, bahkan agensi periklanan seperti Goodby Silverstein & Partners, Rabu 24/06/2020, juga bergabung dengan protes ini. Mereka juga meminta 45 klien mereka, termasuk nama-nama besar seperti BMW, Frito-Lay, Hewlett–Packard dan PepsiCo — untuk bergabung juga.
“Selama bertahun-tahun, kami dan yang lainnya, sudah meminta Facebook untuk berubah,” ujar CEO Anti-Defamation League (ADL), Jonathan Greenblatt kepada HuffPost. “Mereka tidak mau (berubah). Yang penting bagi Facebook adalah meraih keuntungan. Jadi jika mereka bisa melihat apa yang terjadi 1 bulan berhenti (tanpa iklan) apa yang akan terjadi dengan keuntungan mereka, maka mungkin saja mereka akan menerima pesan tersebut dan mau beraksi.”
Kampanye Stop Hate for Profit mengeluarkan beberapa daftar produk yang direkomendasikan kepada Facebook, agar lebih menertibkan konten yang menargetkan orang berdasarkan ras atau agama mereka. Mereka juga memberikan data sebara sering kebencian berdasarkan identitas tertentu menjadi postingan di platform ini.
Rekomendasi lain adalah mengingatkan pengiklan saat iklan-iklan mereka muncul pada konten yang sudah dihilangkan karena mengandung misinformasi atau kebencian. Meningkatkan pengawasan terhadap kelompok-kelompok yang sering menjadi tempat dan promosi ideologi-ideologi ekstrim. Selain itu meminta untuk merilis laporan audit yang transparan yang membuktikan perusahaan-perusahaan ini menepati janjinya.
Facebook telah lama berusaha untuk mengurangi konten-konten berisi kekerasan dan ekstrim, meskipun konten-konten tersebut melanggar kebijakan perusahaan. Di bulan Mei, sebuah penelitian dari Tech Transparency Project menemukan di Amerika Serikat, kelompok “white supremacist” perkembangannya meningkat di platform ini.
Juru bicara Facebook menolak karakterisasi ini dan mengatakan, “perusahaan telah membuat kemajuan dengan menjaga aktifitas seperti itu keluar dari platfrom kami. Ini termasuk menghilangkan banyak konten (kebencian), jauh sebelum konten itu dilaporkan.”
Akan tetapi kesuksesan boikot ini sendiri mungkin hanya memberikan tekanan politis pada Facebook. Tanpa gerakan massa, mmungkin tidak akan memengaruhi secara signifikan terhadap keuntungan perusahaan. Facebook sendiri menghasilkan keuntungan sebanyak US$ 70 Milyar tahun lalu, hampir sebagian besar didapat dari iklan. Meski begitu, kampanye ini membuat pimpinan top Facebook mulai gelisah. Selasa lalu mereka melakukan panggilan konferens dengan sekitar 200 pengiklan, untuk menanyakan kepedulian mereka. Namun, kepada Financial Times, Facebook mengatakan panggilan tersebut merupakan bagian dari perbincangan normal dengan pengiklan.
Lebih jauh Greenblatt mengatakan pihaknya sudah menghubungi Facebook dengan baik-baik dan meminta mereka untuk menghilangkan konten kebencian dari platfrom mereka. “Harapan kami, suara-suara yang bersatu akan mengirimkan panggilan kepada perusahaan-perusahaan di Amerika, media dan secara spesifik kepada Facebook, supaya mereka tidak lagi mengambil untung dari kebencian, rasisme dan disinformasi.”