Home Tech & Business Laporan F5 2025: 96% Organisasi Global Telah Terapkan AI, Era AIOps Dimulai

Laporan F5 2025: 96% Organisasi Global Telah Terapkan AI, Era AIOps Dimulai

Dunia teknologi kini bergerak lebih cepat dari sebelumnya. Dalam laporan terbarunya, F5 menegaskan bahwa kita tidak lagi sekadar berbicara tentang potensi kecerdasan buatan (AI)—AI telah hadir, bekerja, dan diadopsi secara luas oleh hampir seluruh organisasi global. Dalam laporan bertajuk “2025 State of Application Strategy (SOAS)”, disebutkan bahwa 96% pengambil keputusan IT telah menerapkan model AI, sebuah lonjakan tajam dari hanya 25% pada tahun 2023.

Angka ini menandakan transisi penting dari wacana menjadi tindakan. AI kini dipercaya menangani tugas-tugas bisnis vital seperti manajemen trafik aplikasi, optimalisasi biaya, hingga penerapan kebijakan keamanan otomatis.

“Laporan SOAS tahun ini menunjukkan bahwa para pengambil keputusan IT semakin percaya diri mengintegrasikan AI di jantung operasional mereka,” ujar Lori MacVittie, Distinguished Engineer di F5. “Kita tengah menuju masa depan di mana AI akan beroperasi secara otonom untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan menanggulangi tantangan keamanan secara real-time.”

AI Gateway: Titik Koneksi Baru Antara Aplikasi dan Otomatisasi

Seiring berkembangnya peran AI dalam infrastruktur TI, solusi seperti AI gateway mulai banyak digunakan. Sebanyak 50% organisasi telah mengadopsi AI gateway untuk menghubungkan aplikasi dengan sistem AI, dan 40% lainnya akan menyusul dalam 12 bulan ke depan.

Adopsi AI gateway difokuskan pada:

  • Perlindungan dan pengelolaan model AI (62%)
  • Pusat kendali AI secara terpusat (55%)
  • Pencegahan kebocoran data sensitif (55%)

AI bukan lagi teknologi pendukung—ia kini menjadi inti sistem operasional modern. Model AI bahkan mulai digunakan untuk menulis dan menjalankan kode secara otomatis, menandai babak baru AIOps (AI Operations) yang semakin matang.

Tantangan AI: Keamanan, Biaya, dan Kesenjangan Talenta

Namun, antusiasme terhadap AI tidak datang tanpa tantangan. Salah satu perhatian utama adalah keamanan model AI. Dengan AI yang semakin otonom, muncul risiko baru terkait:

  • Kebocoran data
  • Bias algoritmik
  • Pemanfaatan data tidak sah

Survei F5 juga mencatat bahwa:

  • 60% organisasi masih terbebani alur kerja manual.
  • 54% kekurangan SDM terampil di bidang AI.
  • 48% mengeluhkan biaya pembangunan dan operasional AI yang tinggi.

Meski demikian, kekhawatiran terhadap kualitas data menurun dari 56% (2024) menjadi 48% (2025), menunjukkan peningkatan kesiapan data sebagai fondasi AI.

Kompleksitas API Menjadi Sorotan

F5 juga menyoroti API sebagai titik rawan kompleksitas. Sebanyak 58% organisasi mengakui bahwa mereka menghabiskan banyak waktu untuk menangani integrasi API lintas vendor dan sistem.

Beberapa tantangan utama mencakup:

  • Pemilihan API vendor yang tepat (31%)
  • Kebutuhan skrip kustomisasi (29%)
  • Integrasi dengan sistem manajemen tiket (23%)

“Kesederhanaan operasional menjadi kunci,” jelas MacVittie. “Sistem AI yang efektif bukan hanya dapat beradaptasi dengan kompleksitas, tapi juga mampu menyederhanakan dan mengoptimalkannya.”

Hybrid Cloud Jadi Landasan Arsitektur Digital Masa Kini

Selain AI, laporan F5 juga mencatat meningkatnya ketergantungan pada arsitektur hybrid cloud. Saat ini, 94% organisasi mengadopsi model multi-environment yang mencakup public cloud, private cloud, edge, dan colocation.

Keunggulan hybrid cloud meliputi:

  • Fleksibilitas operasional (91%)
  • Ketahanan aplikasi (68%)
  • Efisiensi biaya (59%)

Namun, pendekatan ini juga menghadirkan tantangan:

  • Ketidakkonsistenan dalam policy delivery (53%)
  • Keamanan yang terfragmentasi (47%)

Fakta menarik lainnya, 79% organisasi memindahkan kembali setidaknya satu aplikasi dari public cloud ke on-premise atau colocation. Alasan utamanya: penghematan biaya, kontrol keamanan yang lebih ketat, dan kebutuhan akan prediktabilitas.

Fokus Asia Pasifik: Akselerasi Cepat, Kompleksitas Tinggi

Kawasan Asia Pasifik, termasuk China dan Jepang (APCJ), menunjukkan tren yang serupa:

  • 49% organisasi telah mengadopsi AI Gateway, dengan 46% lagi menyusul dalam setahun.
  • Kasus penggunaan terbanyak meliputi perlindungan model AI (66%), pencegahan kebocoran data (61%), dan monitoring trafik AI (61%).
  • Namun, 53% organisasi masih bergulat dengan kualitas data yang belum matang, dan 45% terhalang oleh tingginya biaya operasional AI.

Tantangan hybrid juga terlihat jelas:

  • 79% menyebut ketidakkonsistenan kebijakan keamanan, dan
  • 59% menghadapi masalah pada pengiriman aplikasi secara menyeluruh.

Menuju Masa Depan TI yang Dapat Diprogram dan Otonom

F5 menegaskan bahwa masa depan AI terletak pada automasi menyeluruh dan arsitektur yang dapat diprogram. Organisasi didorong untuk:

  • Menstandarkan platform
  • Mengintegrasikan AI secara menyeluruh
  • Menggantikan konsol manajemen tradisional dengan antarmuka bahasa alami

“Fleksibilitas dan otomatisasi bukan lagi keunggulan kompetitif, tapi syarat mutlak untuk menghadapi kompleksitas di skala besar,” tegas Cindy Borovick, Direktur Market and Competitive Intelligence F5.

Dengan fondasi yang tepat, AI dapat menjadi katalis utama untuk menciptakan pengalaman pelanggan yang unggul, operasional yang lincah, dan strategi bisnis yang adaptif di tengah dunia digital yang terus berkembang.