Huawei Technologies Co Ltd sedang dalam pembicaraan dengan Digital China Group Co Ltd dan kandidat lainnya untuk menjual sub brand smartphone Honor dalam sebuah kesepakatan yang dapat menghasilkan hingga 25 miliar yuan (sekitar 55 triliun rupiah), demikian diungkapkan orang-orang yang mengetahui masalah tersebut kepada Reuters (14/10).
Huawei yang dibatasi oleh sanksi AS akan fokus pada smartphone Huawei kelas atas dibanding Honor, merek kedua yang ditujukan untuk kaum muda dan yang sensitif terhadap harga, kata mereka.
Aset yang akan dijual belum dirinci, namun dapat mencakup brand Honor itu sendiri, kemampuan penelitian & pengembangan, dan manajemen bisnis rantai pasokan terkait.
Kesepakatan ini mungkin berupa penjualan tunai dan bisa berakhir dengan angka yang lebih kecil, bernilai antara 15 miliar yuan dan 25 miliar yuan *sekitar 33 hingga 55 triliun rupiah).
Digital China, distributor utama untuk brand Honor, muncul sebagai kandidat terdepan tetapi ada juga calon pembeli lainnya termasuk pembuat perangkat elektronik TCL dan pesaing mereka yaitu Xiaomi Corp, kata orang-orang yang dekat dengan informasi ini. Lebih lanjut, mereka menolak untuk mengungkapkan identitasnya karena pembicaraan tersebut bersifat rahasia.
Huawei, vendor peralatan telekomunikasi terbesar di dunia dan pembuat smartphone No.2, menolak berkomentar. Begitu pula dnegan pihak-pihak yang dibicarakan seperti TCL, Digital China, dan Xiaomi.
Merek Honor dibuat oleh Huawei pada 2013. Sebagain besar bisnisnya beroperasi secara independen, terpisah dari Huawei.
Win Win Solution
Kuo Ming-chi, seorang analis di TF International Securities, mengatakan bahwa penjualan bisnis sub brand Honor oleh Huawei akan menjadi situasi win-win (sama-sama untung) untuk Honor, pemasoknya, dan industri elektronik China.
“Jika Honor mandiri dari Huawei, pembelian komponennya tidak lagi tunduk pada larangan AS terhadap Huawei. Hal ini akan membantu bisnis smartphone Honor dan pemasoknya, “tulisnya dalam catatan penelitian minggu lalu.