Home Health Diabetes, Mengharap Kesembuhan dari Seekor Tikus

Diabetes, Mengharap Kesembuhan dari Seekor Tikus

Uji coba teknik baru penyembuhan diabetes pada tikus

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO, Diabetes merupakan pembunuh nomor 7 di dunia dan hanya kalah oleh penyakit jantung, stroke, alzheimer, dan saluran pernafasan.

Indonesia sendiri menduduki peringkat kedua sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di Asia.

Jumlah pasien diabetes Indonesia pada tahun 2000 sekitar 8,4 juta jiwa dan diprediksi akan meroket pada tahun 2030 menjadi 21,2 juta jiwa.

Hingga saat ini, pengobatan paling umum untuk mengontrol diabetes hanyalah dengan melakukan diet ketat dan suntikan insulin secara teratur. Namun berkat riset yang dialkukan baru-baru ini, harapan untuk kesembuhan pasien diabetes mulai terbuka.

Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Jeffrey Millman di Universitas Washington di St. Louis, Missouri menemukan tahun lalu bahwa menginjeksi tikus dengan sel induk dapat memberikan pilihan pengobatan yang lebih baik.

Berdasarkan penelitian itu, tim yang sama mungkin telah menemukan obat: setidaknya untuk tikus dalam skala laboratorium.

Penderita diabetes kesulitan memproduksi atau mengelola insulin. Hal inilah yang mereka membutuhkan penanganan intensif. Diet ketat, olahraga, dan suntikan insulin yang harganya lumayan mahal adalah perlakuan yang harus dijalani penderita diabetes. Insulin biasanya diproduksi di pankreas, tetapi penderita diabetes tidak dapat memproduksi insulin secara cukup.

Untuk mengatasinya, banyak penderita diabetes harus memantau kadar gula darahnya, dan menyuntikkan insulin langsung ke aliran darah sesuai kebutuhan. Nah, riset Millman ini mencoba mengganti suntikan insulin dengan sel beta yang dapat mensekresikan insulin untuk Anda.

Teknik ini bergantung pada sel-sell batang pluripotent yang etrinduksi (sel-sel iPS). Sel-sel ini sederhananya seperti papan tulis kosong yang dapat diubah menjadi sel tipe apa saja di dalam tubuh.

Teknik Baru Pengganti Suntikan Insulin

Dalam studi terbaru, tim riset Millman telah meningkatkan tekniknya saat memproduksi dan dan memasukkan sel-sel ini ke dalam aliran darah. Saat mengubah sel punca menjadi sel lain, selalu terjadi kesalahan dan jenis sel yang acak masuk ke dalam campuran sel-sel yang memproduksi insulin. Meski tak berbahaya, sel-sel ini membuatnya jadi lebih berat.

“Semakin banyak sel yang tidak diharapkan, maka akan semakin sedikit sel yang relevan yang dibutuhkan dalam terapi,” Papar Millman.

“Anda membutuhkan sekitar satu miliar sel beta untuk menyembuhkan seseorang yang menderita diabetes. Tetapi jika seperempat sel yang Anda buat sebenarnya adalah sel hati atau sel pankreas lainnya, alih-alih membutuhkan satu miliar sel, Anda membutuhkan 1,25 miliar. Itu membuat proses penyembuhan menjadi 25% lebih sulit.” Imbuhnya.

Metode baru akan membersihkan sampel sel-sel yang tidak diinginkan. Tim Millman membangun sebuah proses yang membidik sitoskeleton, struktur yang memberi bentuk pada sel, dan menghasilkan tidak hanya persentase sel beta efektif yang lebih tinggi, tetapi juga yang berfungsi lebih baik.

Ketika sel-sel baru ini diinfuskan ke tikus diabetes, kadar gula darahnya stabil, membuat mereka “sembuh secara fungsional” dari penyakit ini hingga sembilan bulan.

Memang, metode ini baru diujicoba pada hewan. Hasilnya mungkin tidak bisa langsung diaplikasikan sebagai obat untuk manusia. Tapi ini awal yang menjanjikan.

Millman dan tim risetnya berencana untuk terus menguji metode ini pada hewan yang lebih besar. Mereka berharap dapat melakukan uji klinis untuk manusia di masa mendatang.