Sebuah studi terbaru dari Cisco mengungkapkan bahwa hanya sedikit organisasi di Indonesia yang memiliki tingkat kesiapan yang memadai untuk menghadapi ancaman keamanan siber yang berkembang pesat. Dalam lanskap yang terus berubah, hanya 12% dari perusahaan di Indonesia yang memiliki tingkat kesiapan ‘Mature’, yang diperlukan untuk bertahan terhadap serangan keamanan siber modern.
Diluncurkan sebagai Cybersecurity Readiness Index 2024, studi ini mengungkapkan bahwa sebagian besar organisasi masih berada pada tahap awal kesiapan atau bahkan belum memasuki tahap tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa banyak perusahaan di Indonesia rentan terhadap insiden keamanan siber yang dapat mengganggu bisnis mereka dalam waktu dekat.
Menurut Jeetu Patel, Executive Vice President dan General Manager Security and Collaboration di Cisco, keyakinan berlebihan dalam kemampuan perlindungan dapat menjadi bumerang bagi organisasi. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengutamakan investasi dalam platform terintegrasi dan mengadopsi kecerdasan buatan (AI) agar dapat beroperasi dalam skala yang dibutuhkan.
Studi ini juga menyoroti beberapa tantangan kritis yang dihadapi organisasi di Indonesia dalam menghadapi ancaman keamanan siber. Diantaranya adalah:
- Insiden Siber yang Bakal Terjadi: 96% responden merasa yakin bahwa akan terjadi insiden keamanan siber yang mengganggu bisnis dalam 12 hingga 24 bulan mendatang. Hal ini menunjukkan urgensi bagi perusahaan untuk memperkuat pertahanan mereka.
- Penumpukan Solusi Titik: Pendekatan tradisional dengan mengadopsi banyak solusi keamanan siber titik tidak memberikan hasil yang efektif. Lebih dari 90% responden mengakui bahwa memiliki banyak solusi titik melambatkan kemampuan tim mereka dalam merespons insiden keamanan.
- Kekurangan Talenta Keamanan Siber: Kemajuan dalam memperkuat keamanan juga terhambat oleh kekurangan talenta yang kritis. Sebanyak 97% perusahaan mengidentifikasi masalah ini, dengan 59% dari mereka memiliki posisi terkait keamanan siber yang belum terisi.
Namun, ada kabar baik. Perusahaan di Indonesia menyadari pentingnya meningkatkan pertahanan keamanan mereka, dengan 84% berencana melakukan peningkatan signifikan terhadap infrastruktur IT mereka dalam waktu dekat. Ini termasuk meningkatkan penggunaan teknologi berbasis AI, dengan 74% perusahaan berencana untuk berinvestasi dalam teknologi ini.
Marina Kacaribu, Managing Director Cisco Indonesia, menegaskan bahwa organisasi perlu mengadopsi pendekatan platform yang terintegrasi untuk memperkuat posisi keamanan mereka. Dengan demikian, mereka dapat mengambil keuntungan dari peluang yang ditawarkan oleh teknologi yang terus berkembang.
Dengan meningkatnya kesadaran dan komitmen untuk menghadapi ancaman keamanan siber, diharapkan bahwa organisasi di Indonesia dapat memperkuat pertahanan mereka dan meraih keunggulan dalam menghadapi tantangan yang terus berkembang di era digital ini.