
Setiap tahun baru membawa harapan untuk perubahan dan resoulsi untuk sikap yang lebih baik. Mungkin Anda berjanji pada diri sendiri akan menghabiskan beberapa waktu ke depan dengan mengubah kebiasaan diet, atau memperkuat rutinitas olahraga harian. Bagaimana jika, resolusi tahun ini adalah memaafkan seseorang yang sudah menyakti kita..
Jika Anda belum pernah mendengarnya, dengarkan sekarang : memendam amarah tidak baik untuk Kesehatan Anda. Dan hanya dengan berpikir tentang memaafkan orang yang menyakiti Anda, bisa membuat Anda lebih baik. Ada bukti empiris tentang betapa baiknya memaafkan seseorang, bahkan jika Anda berencana untuk tidak akan pernah bicara dengan mereka lagi, dan bahkan jika hanya memiliki waktu 1-2 jam untuk memikirkan mereka.
Mengapa memaafkan bisa membantu Anda merasa lebih baik, secara mental dan psikis? Sebelum kita melihat bukti betapa baiknya tentang memaafkan seseorang, mari kita mulai dengan mengapa Anda ingin melakukan itu. Kunci untuk memaahami tentang memaafkan adalah tindakan bukan tentang membuat dunia menjadi lebih baik tapi lebih tentang membantu dirisendiri. Anda juga tidak perlu percaya seseorang pantas mendapatkan maaf Anda hanya agar Anda bisa memaafkan dia. Ada yang percaya, orang yang menyakiti Anda tidak membuthkan pemaafan.
Bukti perubahan pada tubuh memperlihatkan kalau amarah yang kronis bisa memengaruhi langsung Kesehatan jantung dan system kekebalan tubuh. Melepaskan kegetiran yang Anda rasakan terhadap orang lain bisa menurunkan kecemasan, yang secara langsung memengaruhi kesehatan mental psikis Anda. Pada dasarnya, merasa bersalah buruk bagi Anda, tertuama jika perasan-perasaan itu terjadi karena ingatan-ingatan yang getir dan traumatis yang sering dating tanpa dibatasi.
“Kita tahu bahwa ada pertimbangan pengaruh negatif terhadap kebiasaan merenung, “ ujar Sheila Addison, Therapis Pernikahan dan Keluarga di Oaklan, California. “Bagian dari yang disebut Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) benar-benar suatu pemikiran yang mengganggu, dimana luka atau trauma selalu mengganggu pikiran Anda dan membuat Anda berada di posisi waspada berlebihan dan siaga.”
Ada banyak cara orang bisa meminimalisir dampak dari sakit masa lalu, dan terapi selalu menjadi langkah yang baik jika memungkinkan. Banyak teknik berkembang untuk membantu orang berpikir kembali cara mereka berpikir tentang kenangan-kenangan menyakitkaan itu dan berusaha untuk menghilangkan beberapa perasaaan tidak membantu seperti sakit atau menyalahkan diri sendiri. Berusaha untuk berhenti mengingat saat-saat orang menghina Anda di hadapan teman-teman tidak akan benar-benar membantu Anda mengurangi pikiran itu, tapi Anda bisa mempelajari mengapa kenangan itu menimbulkan banyak amarah dan berusaha untuk melihatnya dengan cara yang tidak terlalu menyakitkan. Ada banyak bukti kalau memaafkan bisa menjadi cara terbaik melakukan itu.
Cukup mudah untuk diterima kalau Anda mungkin harus memaafkan saudara Anda karena memecahkan mainan kesayangan Anda saat masih kecil. Tapi jika seseorang telah menyebabkan rasa sakit yang dalam, Anda mungkin akan bertanya-tanya bagaimana mungkin bisa lebih sehat dengan memaafkan. Robert Enright, Professor psikologi di University of Wisconsin-Madison School of Education yang telah mempelajari memaafkaan secara mendalam, mengatakan ia memahami masalahnya. Tapi ia juga merasa kalau isu-isu itu hanyalan semantic. “Banyak orang telah menggunakan kata-kata memaafkan sepanjang hidup mereka.,” ujarnya, tapi bukan berarti mereka mengerti apa maknanya. “Kita memiliki hal menyakitkan dari ide kata-kata tentang memaafkan ini.” Kuncinya, menurut dia, memisahkan pemikiran tentang rekonsiliasi dan memaafkan dari satu sama lain.
Memaafkan, seperti yang Enright dan koleganya gunakan, adalah sesuatu yang sepenuhnya keputusan Anda untuk diterapkan, dan cara menjalaninya benar-benar dari dalam diri. “Ini adalah keputusan sadar untuk menjadi baik ke orang yang tidak baik kepada Anda,” tambahnya. Tapi, dimana dalam beberapa situasi menjadi “baik” kepada orang bisa berarti duduk dan membicarakannya dengan mereka dan menjernihkan semuanya, dengan kata lain maksudnya adalah Anda berhenti mendoakan mereka sakit. Kebajikan ini, ujar Enright, seperti kebaikan, akan menyampaikan maksud dari tindakan Anda kepada seseorang, tapi tidak menjelaskan tindakan seperti apa yang harus dilakukan.
Pemikiran tentang memaafkan yang berarti memeluk masalah Anda adalah salah. Untuk kembali bersama dengan orang yang sudah melakukan kesalahan pada Anda adalah untuk berekonsiliasi dengan mereka, dimana ini lebih merupakan aksi ketimbang perasaan. “Rekonsiliasi bukan kebajikan, itu adalah taktik negosiasi antara dua pihak yang saling percaya. Jika Anda butuh rekonsiliasi dengan seseorang untuk menyelamatkan hubungan yang penting bagi Anda, memaafkan bisa memberikan landalan lebih kuat untuk proses itu. Tapi Anda tidak perlu berencana memperbaiki sebuah hubungan hanya untuk mendapatkan keuntungan dari memaafkan,” tambahnya.
Lebih jauh Enright mengatakan, kita bisa memaafkan seseorang dan tetap sadar kalau kita tidak bisa memercayai mereka. Kenyataannya, menurut dia, secara singkat orang yang berbuat salah pada Anda layak diadili, apakah itu dengan Anda melaporkannya ke polisi atau menjauhkan Anda dan keluarga demi keamanan sendiri. Ia berharap dengan melepaskan kegetiran dan berpikir lebih obyektif tentang yang telah terjadi bisa benar-benar membantu membuat proses lebih lancer dan tidak menyakitkan bagi para penyintas.
Praktek memaafkan yang dibuat oleh Enright dan koleganya mungkin membantu membangun kembali kepercayaan yang positif dan sehat untuk dilakukan. Namun, mencoba melepaskan kegetiran bukan berarti membiarkan orang jahat kembali ke hidup Anda. Jika seseorang menyakiti Anda dan ingin menjaga hubungan atau kontak kembali dengan Anda, Anda harus memercayai insting Anda. Bukan hanya itu, pendapat dari teman-teman terpercaya, keluarga dan ahli kesehatan mental, untuk memutuskan apakah pemikiran itu baik atau tidak dilakukan.
Bagaimana memutuskan kapan Anda perlu memaafkan dan waktu melakukannya. Menurut Addison, penting untuk membiarkan orang berjalan di jalurnya sendiri dan membiarkan dalam situasi marah, tersakiti, benci dan menderita yang mereka ada di dalamnya. “Mereka perlu berada di suatu tempat dimana merak bisa membedakan antara membiarkan kebaikan dan menurunkan Batasan,” tambah Addison
Bahkan untuk sedikit pertahanan, menurut Enright penting untuk diingat kalau Anda tidak perlu memaafkan, dan mungkin itu bukan cara yang benar untuk berdamai dengan emosi Anda. Lebih jauh Enright menjelaskan seseorang tidak benar-benar perlu memaafkaan jika mereka menemukan kelegaan dengan membicarakannya dengan teman atau dengan melanjutkan aktifitas jogging. “Tapi jika mereka menikmati rasa sakit itu, pertanyaannya menjadi, Anda ingin mencoba hal lain?”,” tambahnya.
Everett Worthington, Professor di Virginia Commonwealth University menyamakan porsi dari proses ini sebagai “pilihan memaafkan,” dimana lebih mudah dari membuat perubahan emosional, namun ditandai sebagai langkah awal yang penting. Memutuskan kalau Anda adalah orang yang cukup kuat untuk tidak menyakiti orang yang sudah menyakiti Anda.
Worthington juga menyebutkan latihan lain yang meminta untuk menulis semua pengalaman menyakitkan Anda, diminta untuk memilh satu peristiwa yang sangat menyakitkan. Kemudian menulis lagi tanpa menekankan kejelekan dari kejahatan itu atau konsekwensi yang terjadi. Membandingkan 2 hal ini bisa membantu Anda memahami bagian mana dari memori Anda yang menyebabkan rasa sakit. Mengenali hal itu penting untuk bisa melepaskannya
Worthington, Enright, dan Addison sama-sama mengatakan duduk dan berpikir tentang kenangan yang Anda coba untuk dimaafkan adalah penting sebelum Anda bisa melepaskannya. Enritght menggunakan analogi dari sponge yang basah karena air. “Berat, tapi jika Anda membiarkannya, airnya lama-lama akan menguap dan terangkat,” ujarnya. Orang yang tidak mau berhenti untuk benar-benar berdamai dengan sakitnya mungkin tidak pernah benar-benar mengenalinya atau mengungkapkannya kepada orang lain.
Worthington menyebutkan satu pelatihan yang membantu berdamai dengan kegetiran, menggengam kedua tangan dan menahannya beberapa saat di hadapan Anda, cukup lama sampai menjadi tidak nyaman, sambal fokus kepada semua perasaan negative terhadap orang yang inging Anda maafkan. Anda akan merasakan kelegaan yang sangat dalam, saat akhirnya Anda biarkan tangan Anda terlepas dan jatuh. Ingatkan hati Anda, proses ini baik untuk keseluruhan tubuh.
Bagian terbesar dari memaafkan adalah berusaha melihat orang yang menyakiti Anda sebagai orang yang juga tersakiti. Berusaha mengenali kalau orang juga bermasalah bisa membantu kita memaafkan meraka tanpa menurunkan Batasan yang menjaga kita dari mereka. “Jika seseorang dipenuhi dengan kemarahan, kamu tidak bisa meminta mereka untuk melepasakannya. Tapi kita bisa mulai melihat orang yang menyakiti kita sebagai manusia, terlepas dari ketidakadilan yang kita alami,” ujar Enright.
Enright juga menyarankan menjalani beberapa tahapan empati: pertama, pertimbangkan sejarah orang yang menyakiti Anda dan berusaha untuk melihat mereka sebagai individu yang bisa melakukan kesalaha, lemah dan terluka. Lalu ubah ke pandangan yang lebih globa, dimana Anda berbagi kemanusiaan. Usahakan untuk percaya kalau mereka, sama seperti manusia lainnya, layak diingat keberadaannya. “Rasa saying untuk orang lain dimulai dengan menumbuhkannya dalam hati. Ini hanya sedikit kemauan untuk menderita dengan orang lain untuk semua ketidaksempurnaan mereka,” ujar Enright.
Ingatlah ini semua bukan berarti Anda harus mengerti mengapa orang berlaku seperti itu dan bukan juga berarti Anda perlu mengadili kelakuan mereka.
Ada hal lain lagi, yaitu memberikan hadiah, kedengarannya luar biasa memberikan hadiah kepada orang yang menyakiti kita, tapi itulah memaafkan. Menurut Enright, jika suatu hubungan tidak berbahaya atau berpotensi menyakiti Anda, membalas senyum atau menjawab telepon sudah cukup.
Sementara Addison menyebutkan, jika Anda memiliki banyak maaf, teruslah berusaha untuk menemukan kembali pecahan kecil dari puzzle. Semakin banyak waktu Anda habiskan untuk penyembuhan dan melepaskan kegetiran, semakin baik yang Anda rasakan. Cek secara berkala untuk menghitung berapa banyak rasa sakit yang sudah Anda maafkan.
Namun apa yang harus dilakukan, jika Andalah orang yang membutuhkan pemaafan? Addison mengatakan, seringnya pemaafan itu berkaitan dengan rusaknya kepercayaan. Orang yang melakukan hal menyakitkan seringnya sangat siap untuk dimaafkan, tapi proses untuk pasangan yang disakiti hampir selalu lebih lama. “Aku mengatakan kepada orang yang melakukan kerusakan, pekerjaan terbesar Anda adalah selain lebih tranparan juga mengambil tanggung jawab, mengetahui kalau pasangan Anda perlu menetapkan langkah selanjutnya,” ujar Addison.
Addison lebih lanjut mengatakan memaksa seseorang untuk melupkan dan memaafkan Anda sebelum mereka siap, biasanya hanya berlangsung sebentar. Pihak yang tersakiti akan berusaha untuk menyenangkan Anda. “Tapi mereka melewati proses sebenarnya dari membangun kepercayaan. Dan hubungan Anda akan menederita karena itu,,” tambahnya.
Lalu apa yang harus dilakukan setelah kita memaafkan orang yang menyakiti kita? Sayangnya, membuat kemajuan dalam hal memaafkan tidak berarti Anda tidak akan pernah merasakan sakit akibat trauma Anda lagi. Saat Anda melihat orang tang menyakiti Anda dan merasakan perasaan negative (marah, takut, kesedihan) muncul lagi, ingatkan diri Anda : rasa sakit, marah dan takut yang Anda rasakan bukan berarti tidak memaafkan. Ini hanyalah cara tubuh melindungi, sehingga kita tidak akan melakukan kesalahan yang sama seperti sebelumnya.
Anda mungkin perlu untuk mengeluarkan diri dari situasi tertentu atau setidaknya menemukan hal-hal yang mengalihkan pemikiran Anda dari orang yang menyakiti Anda. Ini bukan berarti Anda tidak membuat kemajuan.