
Konsumen Indonesia, yang dikenal sebagai salah satu konsumen paling percaya diri di dunia, kini menghadapi tantangan yang membuat mereka lebih berhati-hati dalam berbelanja. Laporan NielsenIQ Mid-Year Consumer Outlook: Guide to 2025 yang dirilis pada 17 Oktober 2024 mengungkapkan bahwa meski konsumen masih optimistis terhadap ekonomi, tekanan dari kenaikan harga pangan, ancaman penurunan ekonomi global, dan berbagai kekhawatiran lainnya mulai mempengaruhi keputusan mereka saat berbelanja.
Konsumen Lebih Selektif dan Eksperimental dalam Berbelanja

Walaupun kepercayaan konsumen terhadap perekonomian Indonesia masih ada, tingkat optimisme mereka mengalami penurunan pasca-pandemi. Pada pertengahan 2024, hanya 13% konsumen yang merasa aman secara finansial, turun signifikan dari 26% pada 2023. Sementara itu, mereka yang lebih berhati-hati dalam pengeluaran naik dari 34% menjadi 41% pada periode yang sama.
Laporan NielsenIQ menunjukkan bahwa konsumen tetap berbelanja meski ada kenaikan harga, tetapi kini mereka lebih eksperimental dan selektif dalam memilih brand. Dengan semakin banyaknya pilihan produk di pasaran, konsumen cenderung mengorbankan brand tertentu untuk menjaga pengeluaran tetap terkendali. Perubahan ini menunjukkan pergeseran pola belanja yang lebih terencana dan terukur.
Selain itu, sebanyak 51% konsumen mengatakan mereka akan menggunakan teknologi berbasis AI untuk mempercepat pengambilan keputusan saat berbelanja. Hal ini menandakan adanya tren yang semakin kuat menuju digitalisasi dalam pengalaman berbelanja.
Strategi Pengeluaran yang Lebih Cermat

Seiring dengan kenaikan harga, konsumen kini lebih cermat dalam memilih produk. Di sektor teknologi, misalnya, sebanyak 71% konsumen bersedia membayar lebih untuk produk premium yang lebih tahan lama. Mereka memilih produk dengan rentang harga Rp9-10 jutaan yang bisa digunakan dalam jangka waktu lebih dari tiga tahun.
Di sektor fast moving consumer goods (FMCG), meskipun konsumen lebih eksperimental dalam memilih produk, mereka juga lebih selektif terhadap brand. Hampir setengah dari konsumen mengatakan mereka akan membeli produk makanan ringan dari lebih dari dua kategori dan produk kecantikan dari lebih dari tiga kategori produk. Namun, mereka cenderung mencari produk yang menawarkan lebih banyak pengalaman dan value.
Untuk mengatasi kenaikan harga, konsumen juga menerapkan strategi cerdas seperti berbelanja online untuk mendapatkan penawaran terbaik. Sebanyak 46% konsumen mengatakan mereka lebih memilih berbelanja secara online untuk menemukan diskon dan promosi yang menguntungkan.
Dampak Terhadap Brand dan Posisi Pasar
Perubahan perilaku konsumen ini memberikan tantangan besar bagi brand. NielsenIQ mengungkapkan bahwa posisi top brand di pasar FMCG tidak lagi aman. Penurunan penjualan terjadi di berbagai kategori produk seperti sereal, susu memasak, dan minyak goreng. Misalnya, top brand minyak goreng mengalami penurunan dari 50% pada 2022 menjadi hanya 42% pada 2024.
Namun, di sisi lain, konsumen juga bersedia mengeluarkan uang lebih untuk kenyamanan dan kepuasan hidup. Sebanyak 58% konsumen mengatakan mereka rela mengeluarkan sedikit lebih banyak uang untuk membuat momen istimewa di rumah, seperti pengalaman memasak yang lebih baik atau hiburan di rumah.
Tantangan dan Peluang Bagi Industri
Dengan perubahan perilaku konsumen ini, industri perlu segera beradaptasi. NielsenIQ menyarankan agar brand menyeimbangkan antara harga yang terjangkau dengan value yang ditawarkan. Selain itu, brand harus memanfaatkan teknologi untuk menjangkau konsumen dan memberikan pengalaman belanja yang lebih dipersonalisasi melalui platform digital.
Penting juga bagi brand untuk menawarkan produk premium yang mampu memberikan kenyamanan dan memenuhi kebutuhan gaya hidup konsumen yang semakin beragam. Dengan semakin besarnya peran teknologi dalam belanja, AI dan digitalisasi menjadi kunci dalam memberikan pengalaman belanja yang lebih efisien dan personal.
Menuju 2025, konsumen Indonesia semakin berhati-hati dan strategis dalam berbelanja. Mereka tidak hanya mencari produk dengan harga terbaik, tetapi juga lebih terbuka terhadap pengalaman baru dan teknologi yang dapat memudahkan proses belanja. Di tengah ketidakpastian ekonomi, industri perlu merespons dengan fleksibilitas dan inovasi agar tetap relevan di pasar yang semakin kompetitif.