
JLL Indonesia, perusahaan jasa profesional yang berfokus pada manajemen properti dan investasi, baru saja mengeluarkan laporan Jakarta Property Market Review Kuartal 3 2024. Laporan ini memberikan gambaran stabilitas di sektor properti Jakarta, khususnya di kawasan Central Business District (CBD), di mana harga sewa kantor kelas A mencatat pertumbuhan positif yang signifikan.
Pertumbuhan Positif di Sektor Perkantoran
Bisnis perkantoran di CBD Jakarta menunjukkan stabilitas dengan tingkat hunian mencapai 70%, sedangkan di area non-CBD tingkat hunian tercatat pada angka 71%. Kepala Riset JLL Indonesia, Yunus Karim, mengungkapkan bahwa minat terhadap ruang perkantoran kelas premium terus meningkat sejak awal 2023, terutama di Jakarta Selatan.
Angela Wibawa, Head of Office Leasing Advisory, menyebutkan bahwa gedung perkantoran kelas Grade A mengalami peningkatan harga sewa sebesar 0,7%. “Ini adalah momen pemulihan setelah penurunan harga sewa sejak tahun 2015,” jelasnya.
Permintaan Tinggi pada Sektor Retail
Permintaan pada sektor retail di Jakarta tetap kuat, didorong oleh perkembangan di bidang makanan, minuman, dan fashion. Restoran internasional serta toko flagship fashion secara aktif memperluas bisnis mereka di Indonesia. “Dengan beberapa mal baru yang akan buka pada akhir tahun, sektor retail di Jakarta akan mendapat dorongan tambahan,” ujar Yunus Karim.
Tren Positif di Sektor Kondominium dan Logistik
Aktivitas penjualan kondominium tetap stabil, terutama pada proyek-proyek baru yang memiliki akses transportasi mudah. Program pemerintah berupa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Ditanggung Pemerintah (DTP) turut mendukung peningkatan penjualan kondominium. Dalam sektor logistik, permintaan terhadap gudang modern tetap tinggi, terutama di area Jabodetabek, dengan tingkat hunian sekitar 90%. Hal ini mencerminkan permintaan dari sektor-sektor beragam seperti farmasi, kendaraan listrik, dan ritel.
Optimisme pada Sektor Perhotelan dan Potensi Ekonomi Indonesia
Sektor perhotelan mencatatkan optimisme investor yang semakin meningkat seiring dengan pulihnya industri pariwisata di Indonesia. Investor memandang properti perhotelan sebagai aset dengan potensi apresiasi nilai yang tinggi.
Perekonomian Indonesia yang diproyeksikan tumbuh antara 4,7% hingga 5,5% pada akhir tahun semakin memperkuat daya tariknya sebagai tujuan investasi. Stabilitas ekonomi dan bonus demografi yang muda menjadi faktor pendukung utama, khususnya dalam sektor perumahan, industri, dan pusat data di Indonesia.