
Penggunaan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) di Indonesia kini tidak hanya mendongkrak sektor ekonomi, tetapi juga menjadi garda terdepan dalam pertahanan siber.
Sebuah studi terbaru mencatat bahwa 5,9 juta perusahaan di Indonesia telah mengadopsi AI pada tahun 2024 dengan pertumbuhan tahunan mencapai 47%. Namun, peran vital AI sesungguhnya terlihat dalam kemampuannya mengurai serangan siber yang kian masif dan menghasilkan threat intelligence yang dapat ditindaklanjuti untuk meningkatkan ketahanan organisasi.
Lanskap Ancaman Siber: 133 Juta Serangan dalam 6 Bulan
Indonesia saat ini berada di bawah bayang-bayang peningkatan serangan siber yang luar biasa. Berdasarkan data dari detektor yang disebar oleh Awan Pintar di jaringan internet nasional, tercatat lebih dari 133 juta serangan siber terjadi hanya pada Semester 1 tahun 2025.
Angka ini setara dengan rata-rata 9 serangan setiap detik.
Laporan Ancaman Digital Awan Pintar menyoroti beberapa tren mengkhawatirkan:
- Target Serangan: Penyerang membidik celah keamanan yang sudah diketahui (Common Vulnerabilities and Exposures) untuk menanamkan ransomware atau mencuri data.
- Pergeseran Sumber: Meski serangan dari China dan AS tetap signifikan, serangan yang berasal dari dalam negeri (Indonesia) meningkat sebesar 2,35%.
- Penyebab: Peningkatan sumber domestik ini mengindikasikan banyaknya perangkat lokal, seperti router rumah tangga atau sistem bisnis yang tidak diperbarui, telah terinfeksi dan disalahgunakan oleh peretas.
Mengapa Pendekatan Manual Sudah Usang?
Di era di mana serangan terjadi sembilan kali per detik, pendekatan keamanan konvensional tidak lagi relevan. Banyak organisasi masih bergantung pada metode reaktif yang sudah usang, padahal pelaku kejahatan kini menggunakan otomatisasi dan teknik yang terus bermutasi.
Yudhi Kukuh, founder Awan Pintar, menjelaskan tantangan utamanya:
“Miliaran log dibuat setiap detik, dan ribuan anomali muncul setiap menit. Kapasitas pemrosesan ini mustahil dicapai dengan analisis manual atau pendeteksian berbasis signature semata.”.
Solusi: Threat Intelligence Berbasis AI dan Machine Learning
Untuk menjawab tantangan tersebut, Awan Pintar mengoptimalkan teknologi AI dan machine learning untuk memproses data mentah secara real-time. Keunggulan teknologi ini terletak pada kemampuannya menyaring miliaran log, percobaan scanning, dan metadata lain hanya dalam hitungan detik.
Berikut adalah bagaimana AI mengubah pertahanan siber menjadi lebih proaktif:
- Analisis Perilaku (Behavioral Analytics): AI dapat menilai apakah suatu aktivitas jaringan normal atau mencurigakan, memungkinkan pendeteksian serangan baru yang belum pernah teridentifikasi sebelumnya.
- Prediksi Celah Keamanan: Menggunakan model prediktif, teknologi ini dapat memprediksi kerentanan dan menganalisis pergerakan anomali, termasuk varian malware yang bermutasi.
- Peta Jalan Ancaman (Roadmap): AI mengubah data menjadi pola serangan yang jelas, menunjukkan teknik populer dan titik rawan, sehingga organisasi bisa membangun strategi pertahanan sebelum serangan mencapai sistem.
Manfaat Strategis bagi Pemerintah dan Sektor Swasta
Penerapan threat intelligence berbasis AI bukan hanya soal teknologi, tetapi juga kepatuhan dan keberlangsungan bisnis.
- Kepatuhan Regulasi: Kemampuan AI ini membantu penyelidikan kasus terkait UU ITE dan UU PDP, serta mendukung perusahaan yang mengejar sertifikasi ISO 27001.
- Perlindungan Infrastruktur: Organisasi pemerintah dapat melindungi infrastruktur kritis, sementara sektor swasta (perbankan, energi, telekomunikasi) dapat mencegah gangguan operasional dan menjaga kepercayaan pelanggan.
Tentang Awan Pintar dan Prosperita Group
Awan Pintar merupakan bagian dari Prosperita Group, perusahaan yang telah berpengalaman lebih dari 20 tahun di dunia keamanan TI. Sebagai penyedia solusi Cyber Threat Intelligence, Awan Pintar berkomitmen membangun ketahanan digital yang proaktif bagi organisasi di Indonesia.



