
Menurut laporan tersebut, penerapan AI berdaulat berpotensi menambah hingga USD140 miliar terhadap PDB Indonesia pada 2030, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi tahunan hingga 6,8%. Dampak ini bahkan dapat mempercepat pencapaian status negara berpenghasilan tinggi ke 2041, atau 2038 dalam skenario terbaik.
Tak hanya itu, AI berdaulat juga disebut dapat meningkatkan produktivitas lintas sektor:
- 18% di sektor jasa,
- 15–20% di industri manufaktur, dan
- 5–8% di sektor pertanian.
Angka ini menunjukkan bagaimana AI bukan sekadar inovasi teknologi, melainkan motor utama transformasi ekonomi nasional.
Lima Pilar Kedaulatan AI di Indonesia
Laporan Empowering Indonesia 2025 merinci lima pilar utama yang harus diperkuat untuk mewujudkan kedaulatan AI:
- Infrastruktur digital andal
- Tenaga kerja AI berkelanjutan
- Industri AI inovatif
- Riset dan pengembangan unggul
- Regulasi dan etika yang kokoh
Kelima pilar ini menjadi dasar bagi pembangunan ekosistem AI yang inklusif, beretika, dan mencerminkan nilai-nilai Pancasila.
Investasi dan Talenta: Dua Kunci Menuju Kemandirian AI
Untuk memenuhi kebutuhan komputasi nasional, Indonesia diproyeksikan memerlukan investasi sebesar USD3,2 miliar hingga 2030. Saat ini, kapasitas pusat data AI Indonesia baru mencakup kurang dari 1% pasar global, menandakan perlunya percepatan pembangunan data center berbasis energi terbarukan dan jaringan 5G yang lebih merata.
Selain itu, Indonesia juga membutuhkan 400 ribu talenta AI pada 2030, dengan investasi sekitar USD968 juta untuk program pendidikan, pelatihan, dan reskilling. Saat ini, sudah ada 364 startup AI di tanah air dengan total pendanaan mencapai USD1,08 miliar, menandakan potensi besar dalam pengembangan industri berbasis AI.
Salah satu langkah nyata dalam pengembangan teknologi lokal adalah inisiatif Sahabat-AI V2, Large Language Model (LLM) dengan 70 miliar parameter yang mendukung bahasa Indonesia serta bahasa daerah seperti Jawa, Sunda, Bali, dan Batak. Inovasi ini menjadi bukti bahwa Indonesia mulai beralih dari pengguna menjadi pembentuk teknologi AI global.
Pandangan Pemerintah dan Pemimpin Industri
Dalam peluncuran laporan ini, Nezar Patria, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Republik Indonesia, menegaskan pentingnya kemandirian dalam pengembangan AI.
“AI bukan hanya soal teknologi, tetapi tentang kemandirian bangsa. Kedaulatan AI berarti kita membangun teknologi yang merefleksikan nilai-nilai Pancasila, menjamin etika dan keamanan, serta memastikan manfaatnya dirasakan secara merata oleh seluruh masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Manoj Menon, Founder dan CEO Twimbit, menyatakan bahwa Indonesia memiliki posisi strategis untuk menjadi pusat pertumbuhan AI di Asia.
“Dengan membangun fondasi digital yang kuat dan ekosistem yang inklusif, Indonesia dapat memimpin era AI berdaulat dan mempercepat pencapaian visi Indonesia Emas 2045,” jelasnya.
Sebagai mitra strategis bangsa, Vikram Sinha, President Director and CEO Indosat Ooredoo Hutchison, menegaskan komitmen perusahaannya untuk mempercepat kedaulatan digital nasional.
“Kedaulatan AI bukan hanya tentang teknologi, tetapi tentang membangun masa depan yang dimiliki dan dikendalikan oleh Indonesia sendiri. Melalui kolaborasi strategis dan inovasi berkelanjutan, Indosat berkomitmen menghadirkan konektivitas inklusif dan solusi AI beretika untuk memberdayakan masyarakat menuju Indonesia Emas 2045,” tuturnya.
Langkah Bersama Menuju Indonesia Emas 2045
Empowering Indonesia Report 2025 menutup laporannya dengan seruan kolaborasi lintas sektor—pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat—untuk membangun ekosistem AI yang berdaulat, beretika, dan berkelanjutan.
Dengan memperkuat infrastruktur digital, mengembangkan talenta masa depan, serta menegakkan tata kelola AI yang beretika, Indonesia kini berada di jalur yang tepat untuk melangkah dari sekadar pengguna teknologi menjadi arsitek peradaban digital dunia.



