
Setelah Qodrat (2022) mencatatkan kesuksesan dengan 1,7 juta penonton dan menjadi salah satu film horor religi yang memorable, sutradara Charles Gozali kembali menghadirkan Qodrat 2, yang resmi tayang pada 31 Maret 2025, bertepatan dengan suasana Lebaran. Sekuel ini melanjutkan perjalanan Ustaz Qodrat (Vino G. Bastian) dalam upaya menyelamatkan istrinya, Azizah (Acha Septriasa), dari ancaman kekuatan jahat yang kini lebih rumit dan penuh misteri. Dengan janji untuk meningkatkan intensitas dan mendalami sisi emosional karakter, Qodrat 2 mencoba memperluas cakrawala naratif pendahulunya. Hasilnya adalah sebuah sekuel yang solid, menghibur, dan menunjukkan ambisi baru, meski tidak sepenuhnya sempurna. Berikut ulasannya.
Plot dan Narasi: Perjalanan yang Lebih Luas dan Berwarna
Film ini dibuka dengan kilas balik yang cerdas, menampilkan adegan eksorsisme dari Qodrat pertama melalui perspektif Azizah. Penonton diajak melihat bagaimana Azizah, yang masih terpukul oleh kehilangan anaknya, Alif, tenggelam dalam kesedihan dan sempat dirawat di rumah sakit jiwa sebelum akhirnya bekerja di sebuah pabrik pemintalan tua. Pabrik ini menjadi pusat cerita baru: sebuah tempat yang ternyata menyimpan rahasia kelam berupa ritual pesugihan yang dilakukan oleh pemiliknya, menyebabkan kematian misterius para pekerja dan puncaknya adalah fenomena kesurupan massal yang mengerikan. Sementara itu, Qodrat, yang telah mengalahkan iblis Assuala di film sebelumnya, menjalani pencarian panjang untuk menemukan Azizah, tanpa menyadari bahwa sang istri mengira ia telah meninggal dunia akibat peristiwa tragis di masa lalu.
Kisah berlanjut dengan reuni emosional antara Qodrat dan Azizah, yang menjadi titik balik narasi. Pertemuan ini tidak hanya membawa kelegaan, tetapi juga konflik batin: Azizah bergulat dengan rasa bersalah atas dosa masa lalu, sementara Qodrat berusaha melindungi istrinya dari ancaman iblis yang kian menguat. Alur cerita kemudian memuncak pada pertarungan kekuatan jahat, kali ini dengan skala lebih besar dan dampak yang lebih luas pada komunitas di sekitar mereka.
Secara struktural, Qodrat 2 menawarkan narasi yang lebih berkembang dibandingkan film pertama. Ada dua jalur utama: pencarian Qodrat yang penuh aksi dan investigasi Azizah di pabrik yang penuh misteri. Pendekatan ini memberikan dinamika yang menarik dan membuat cerita terasa lebih kaya. Meski demikian, transisi antar subplot kadang terasa kurang mulus. Di babak tengah, tempo sedikit melambat. Begitu juga saat dialog dengan iblis, agak bertele-tele meski pesdan tetap tersampaikan. Namun, kelemahan ini berhasil ditutup dengan klimaks yang berhasil menyatukan kepingan-kepingan cerita dengan cukup apik, memberikan resolusi yang memuaskan meski tetap bisa tertebak. Secara keseluruhan, plotnya tetap menghibur dan menjaga esensi horor religi yang menjadi ciri khas waralaba ini.
Karakter dan Performa: Sorotan pada Acha dan Konsistensi Vino
Acha Septriasa menjadi pilar utama Qodrat 2 dengan penampilan yang luar biasa sebagai Azizah. Ia berhasil menghidupkan karakter yang kompleks: seorang ibu yang rapuh akibat trauma, namun memiliki tekad untuk menebus kesalahannya. Salah satu momen terbaiknya adalah adegan salat taubat, di mana Azizah menangis tersedu sambil memohon ampun di tengah keheningan malam. Ekspresi wajahnya yang penuh penyesalan dan harapan menciptakan ikatan emosional yang kuat dengan penonton. Acha membuktikan bahwa ia mampu membawa beban dramatis cerita, menjadikan Azizah sebagai sosok yang relatable dan penuh empati.
Vino G. Bastian, sebagai Qodrat, kembali menunjukkan konsistensi yang patut diacungi jempol. Jika di film pertama ia digambarkan sebagai ustaz yang penuh keraguan, kini Qodrat tampil lebih teguh dan percaya diri, mencerminkan perkembangan imannya pasca-kemenangan melawan Assuala. Ia tetap karismatik dalam adegan aksi, seperti saat merukiah puluhan pekerja yang kesurupan, dan mampu menyampaikan ketenangan yang meyakinkan dalam momen-momen spiritual. Chemistry antara Vino dan Acha terjalin baik, terutama pada adegan reuni yang penuh haru, di mana dialog minim namun ekspresi mereka berbicara banyak.
Karakter pendukung seperti Sukardi (Donny Alamsyah), seorang pekerja pabrik yang curiga pada ritual aneh, dan Purwanti (Della Dartyan), teman Azizah yang ikut terlibat dalam misteri, memberikan kontribusi yang cukup signifikan. Meski peran mereka lebih sebagai pendukung alur ketimbang karakter yang berdiri sendiri, kehadiran mereka menambah lapisan pada cerita tanpa terasa mengganggu.
Visual dan Atmosfer: Langkah Maju dalam Produksi
Dari segi teknis, Qodrat 2 menunjukkan peningkatan yang jelas dibandingkan pendahulunya. Sinematografi, yang ditangani dengan baik, menghadirkan komposisi visual yang lebih dinamis. Adegan-adegan di pabrik tua dengan pencahayaan redup dan sudut kamera yang dramatis berhasil menciptakan suasana mencekam yang mendukung horor psikologis. Tata suara juga menjadi kekuatan besar: dari suara gemuruh iblis hingga lantunan ayat-ayat suci yang khusyuk, semuanya dirancang untuk memperkuat atmosfer. Penggunaan CGI untuk menggambarkan entitas supranatural terlihat lebih rapi dan terintegrasi dengan baik, meski tidak terlalu mencolok jika dibandingkan dengan standar film horor internasional.
Latar seperti pabrik yang usang dan desa yang diteror kegelapan memberikan nuansa autentik yang memperkaya pengalaman menonton. Salah satu sorotan adalah adegan kesurupan massal, yang dieksekusi dengan koreografi apik dan efek visual yang mendukung. Pendekatan horor di film ini lebih mengandalkan ketegangan subtil ketimbang jumpscare, sebuah pilihan yang membuatnya terasa lebih dewasa dan terarah. Secara keseluruhan, elemen visual dan audio ini menjadi nilai tambah yang signifikan.
Tema dan Pesan: Religiusitas yang Hangat dan Inklusif
Seperti film pertama, Qodrat 2 tetap setia pada akar religi yang kuat. Kali ini, fokusnya adalah proses pertobatan yang ditampilkan melalui perjalanan Azizah dengan cara yang menyentuh hati. Film ini juga mempertahankan pesan tentang kekuatan iman dan pengampunan, disampaikan tanpa kesan menggurui. Kehadiran teks terjemahan untuk ayat-ayat rukiah kembali menjadi poin positif, memungkinkan penonton dari latar belakang berbeda untuk memahami konteks spiritualnya. Pendekatan ini menjadikan Qodrat 2 inklusif sambil tetap mempertahankan identitasnya sebagai horor religi.
Oh ya, produser berencana akan seger amembuat sequel selanjutnya, Qodrat 3. Ada clue di adegan-adegan akhir yang mengautkan dugaan bahwa universe Qodrat juga akan bersinggungan dengan universe film horor lainnya. Simak saqmpai selesai ya!
Meski tema eksorsisme ala ustaz sudah cukup umum di perfilman Indonesia, film ini berusaha membedakan diri dengan memadukan elemen aksi dan drama keluarga yang hangat. Hasilnya adalah sebuah cerita yang tidak hanya menakutkan, tetapi juga mengajak penonton untuk merenungkan nilai-nilai kemanusiaan dan keimanan.
Kesimpulan: Sekuel yang Layak dan Menghibur
Qodrat 2 adalah sekuel yang berhasil mempertahankan daya tarik pendahulunya sambil menawarkan sesuatu yang baru. Dengan penampilan memukau dari Acha Septriasa, konsistensi Vino G. Bastian, serta peningkatan produksi yang terlihat, film ini menyuguhkan pengalaman yang solid dan menyenangkan. Meski ada beberapa kekurangan, seperti tempo yang sedikit naik-turun dan klimaks yang kurang mengejutkan, kekuatan cerita dan atmosfernya tetap mampu memikat. Skor: 8/10. Bagi penggemar Qodrat atau pecinta horor religi, Qodrat 2 adalah pilihan yang tepat untuk dinikmati di momen Lebaran, sekaligus bukti bahwa waralaba ini masih punya potensi untuk terus berkembang.